Media dan budaya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena sejatinya mereka memiliki suatu hubungan yang saling mempengaruhi. Budaya memiliki dua pengertian dalam pembahasaan ini. Budaya bisa diartikan sebagai konten yang diproduksi oleh media. Selain itu budaya dalam kajian “media dan budaya” juga bisa diartikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Media dan budaya merupakan kajian yang memiliki daya tarik tersendiri. Daya tarik dari kajian ini terletak pada bagaimana media tersebut mempengaruhi budaya begitu juga sebaliknya bagaimana budaya mempengaruhi media dalam memproduksi kontennya. Dalam kajian ini terdapat beberapa tema-tema besar dari teori media-budaya, yaitu :
I. The Question of Quality
Perkembangan media massa yang begitu cepat akan berkorelasi dengan budaya yang ada di masyarakat. Kebanyakan peneliti dan ilmuan berpendapat bahwa perkembangan media massa memberikan efek negatif kepada budaya yang ada di masyarakat.
Efek negatif yang muncul berupa memudarnya nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat saat ini. Selain itu pudarnya nilai-nilai yang ada diperparah dengan munculnya nilai-nilai budaya baru, dimana masyarakat nantinya akan mengadopsinya yang berakibat terhapusnya identitas budaya asli. Dengan kata lain masyarakat memiliki dan menggunakan budaya palsu.
Banyaknya budaya baru yang diadopsi oleh masyarkat menimbulkan sutau pertanyaan apakah budaya tersebut lebih bagus dari budaya yang sudah ada. Jawaban untuk pertanyaan ini tentu saja tidak ada yang absolut benar, karena sejatinya merupakan pertanyaan yang bersifat subyektif. Selain itu, mana budaya yag lebih bagus bergantung kepada frame of reference masing-masing pihak yang memiliki budaya.
Contoh kasus yang bisa kita ambil adalah munculnya tren minum kopi di kafe sebagai suatu gaya hidup. Padahal dahulunya kopi sering diidentikkan dengan warung kopi dan hanya bapak-bapak yang mengkonsumsinya. Akan tetapi, ketika media masssa mencoba mengangkat fenomena ngopi di kafe, sebagai sesuatu yang bagus dan prestis. Maka baik secara langsung atau perlahan-lahan, publik akan mengadopsi budaya ini, tanpa kita pernah tahu mana yang lebih bagus.
II. Communication Technology Effects
Kemajuan teknologi berkembang begitu cepat dan pesat belakangan ini, dimana kemajuan ini dibarengi dengan kecepatan dalam proses penyampain dan penerimaan informasi. Sehingga tidaklah mengherankan ketika muncul suatu era yang diberi nama era informasi.
Perubahan teknologi tidak berdampak langsung kepada budaya, akan tetapi pengaruh ini diperantarai oleh media massa. Pengaruh ini menimbulkan suatu bias media yang terdiri dari lima bias yaitu :
- Bias terhadap pengalaman inderawi
- Bias bentuk
- Bias konten
- Bias konteks penggunaan
- Bias hubungan
Proses perkembangan teknologi dan komunikasi mempengaruhi budaya bisa dijelaskan sebagai satu proses yang diawali oleh adanya ide dan penerapan teknologi baru terhadap teknologi lama. Kemudian diikuti dengan perubahan penggunaan teknologi lama yang berakibat munculnya pola penggunaa teknologi baru. Perubahan ini diikuti dengan adaptasi dari lembaga komunikasi yang menstimulus lahirnya budaya dan makna baru secara berkelanjutan.
III. Commodification Of Cultures
Tema ini merupakan hasil dari pemikiran kaum Marxism yang mencoba mengkritisi media sebagai suatu industri yang menghasilkan kesadaran palsu pada kelas pekerja. Sehingga lahir teori komodifikasi yang menyebutkan bahwa objek dikomodifikasi dengan memperoleh nilai tukar, daripada hanya memiliki nilai guna secara intrinsik (McQuail, 2011). Jadi, dalam memproduksi produknya media massa menggunakan produk budaya untuk menambahkan nilai jual.
Komodifikasi budaya biasanya digunakan dalam proses produksi media massa dalam momen-momen tertentu. Misalnya ketika umat muslim di Indonesia merayakan hari raya Idul Fitri, maka banyak produsen-produsen iklan yang beriklan media massa menggunakan atribut Idul Fitri dalam mempromosikan produknya.
IV. Globalization
Perkembangan teknologi, globalisasi, dan budaya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketika terjadi perkembangan teknologi seperti saat ini, maka akan terjadi globalisasi informasi secara besar-besar diantara publik diseluruh dunia, yang diikuti dengan perubahan budaya. Globalisasi dapat mempengaruhi budaya secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh ini diawali dengan adanya pertukaran budaya antar negara diberbagai belahan dunia secara cepat dan massal, yang kemudian dimodifikasi bahkan diadaptasi secara langsung oleh salah satu negara.
Contoh dari globalisasi media massa adalah dengan adanya tanyangan televisi berbayar dimana kita memungkinkan menonton siaran televisi dari negara lain seperti Star World secara langsung di negara kita. Sedikit ataupun banyak, secara langsung ataupun tidak langsung nilai-nilai budaya yang ditampilkan dalam konten media massa tersebut akan mempengaruhi kita sebagai negara yang mengimpor.
Sehingga kemudian muncullah asumsi bahwa globalisasi akan berpengaruh terhadap budaya terutama dalam pengadopsian nilai-nilai oleh negara yang mengimpor konten dari negara pengekspor. Akan tetapi tidak selamanya negara pengekspor yang mempengaruhi budaya importir. Hal sebaliknya juga bisa terjadi kepada negara eksportir, karena mereka berusaha untuk mengadopsi budaya importir untuk diangkat sebagai konten. Sehingga negara importir mau membeli konten yang sudah diproduksi.
V. Policy For Cultural Diversity
Globalisasi yang tidak bisa dibendung di era informasi sperti ini akan menimbulkan suatu dampak biasnya budaya yang ada didalam masyarakat. Maksudnya adalah tidak adanya pembatas yang nyata antara suatu budaya dengan budaya lain ditengah keberagaman yang ada. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kebijakan yang bisa mencegah memudarnya garis-garis batas antara budaya.
VI. Cultural Identity
Media massa sebagai suatu industri yang memproduksi budaya secara massal, ditakutkan akan menimbulkan kerancuan budaya, dalam artian hilangnya batas-batas tegas yang menjadi pagar bagi identitas masing-masing budaya. Efek ini tentu saja merupakan salah satu efek yang ditakutkan dari media massa. Oleh karena itu, diharapkan media dapat membantu mengurangi efek ini, dengan membantu mensosiaslisasikan batas-batas budaya tersebut.
VII. Gender Ad Subculture,
Pendiskriminasian yang ada didalam publik tidak jarang merupakan hasil konstruksi dari media. Pendiskriminasian bisa berdasarkan agama, ras, gender, dan lain-lain. Efek pendiskriminasian ini bisa dirasakan secara nyata ataupun eksplisit oleh publik.
Misalnya adalah pendiskriminasian gender yang dilakukan oleh media massa, dengan cara menampilkan atau memproduksi konten-konten yang berhubungan dengan bias gender. Contoh konkrit adalah program acara masak-masak yang sekarang didominasi oleh pria sebagai chef. Disini media massa mencoba mengkonstruksi bahwa urusan masak memasak tidak melulu urusan perempuan, karena laki-laki pun banyak yang jago memasak.
VIII. Ideology And Hegemony
Ideologi dan hegemoni merupakan bagian terpenting dari suatu budaya. Indonesia merupakan suatu negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki ideologi masing-masing. Kemudian timbul suatu pertanyaan bagaimana media massa menghasilkan suatu produk yang bisa memayungi atau menyatukan berbagai macam ideologi agar tercipta suatu hegemoni?
Agar tercipta suatu produk yang bisa merangkul semua ideologi ini tentu saja media massa harus memproduksi produk-produk yang bersifat universal, sehingga bisa diterima oleh semua publik.
Sumber :
https://putrilimilia.wordpress.com/2011/11/14/media-dan-budaya/